Dalam postingan ini adalah kelanjutan dari postingan CONTOH PTK PG PAUD yang isinya adalah Bab 1 dan dibawah ini adalah bab 2 nya perlu diketahui bahwa pada bab 1 masih sedikit yang belum saya tampilkan,pembaca yang budiman pada artikel sebenarnya semua kurang lebih ada 82 halaman memakai kertas A4.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Kegiatan Percakapan
1. Pengertian Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Kegiatan Percakapan
Moeslichatoen, (2004:92) mengatakan bahwa Bercakap – cakap dapat diartikan komunikasi lisan antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Kegiatan monolog dilakukan dikelas seorang anak berdiri di depan kelas atau di tempat duduknya mengungkapkan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami, atau menyatakan perasaan tentang sesuatu yang memberikan pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Atau menyatakan keinginan untuk memiliki sesuatu atau melakukan sesuatu. Sedangkan kegiatan dialog merupakan bentuk percakapan dua orang atau lebih yang masing – masing mendapatkan kesempatan untuk berbicara secara bergantian.
Hildebrand (dalam Moeslichatoen, 2004: 26) mengatakan bahwa bercakap – bercakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal. Nurbiana Dhieni (2007:7.6) menyatakan bahwa bercakap – cakap adalah salah satu cara menyampaikan bahan dan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap – cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu dengan lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam satu dialog yang terjadi dalam satu situasi.
Moeslichatoen, ( 2004: 94 ) menyatakan sebagai bukti berkembangnya kemampuan berbahasa ekpresif ialah semakin seringnya anak menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam kegiatan percakapan yang dapat dilakukan guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh pemahaman yang jelas perintah dari guru, anak juga diberi kesempatan untuk menyatakan keinginan, pikiran dan perasaan dengan bertanya, untuk menyatakan apa yang diketahui dan dialami, menyatakan perasaan senang dan tidak senang, dan menyatakan keinginan untuk memiliki sesuatau atau melakukan sesuatu.
Moeslichatoen,(2004: 94) jika ada anak yang mengalami kesulitan dalam percakapan tentang tema yang sudah ditetapkan maka guru harus melakukan perlakuan khusus yang memungkinkan anak memperoleh kemajuan dalam pengembangan kemampuan tersebut. Nurbiana Dhieni (2007:7.6) dalam percakapan guru bertindak sebagai fasilitator artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan.
Jean Piaget dan Lev Vygotsky ( dalam Masitoh dkk, 2005:79 ) Menyatakan anak pada dasarnya memiliki potensi untuk aktif dalam belajar. Anak itu bersifat aktif dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya anak memperoleh pengalaman melalui interaksi langsung dari objek – objek, lingkungan nyata atau sumber – sumber belajar, sebab pengetahuan muncul bukan dari anak atau dari objek tetapi dari interaksi antara anak dengan objek.
Sedangkan menurut Froebel ( dalam Masitoh dkk, 2005:78 ) anak memiliki potensi jika orang dewasa mampu menyediakan lingkungan yang baik bagi anak, maka anak akan berkembang secara wajar.
Jadi meningkatkan kemampuan anak dalam kegiatan percakapan adalah upaya menfasilitasi dan memotivasi anak untuk dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan guru atau teman dengan berbicara menyampaikan segala sesuatu yang diketahui, dimiliki dan dialami, menyatakan perasaan tentang pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dan menyatakan keinginan untuk memiliki sesuatau atau melakuakan sesuatu dalam percakapan.